Senin, 30 Mei 2011

AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
Biaya tenaga kerja didefinisikan sebagai pembayaran-pembayaran kepada pada pekerja yang didasarkan pada jam kerja atau atas dasar unit yang diproduksi. Istilah yang digunakan untuk biaya tenaga kerja ini adalah biaya tenaga kerja langsung, atau untuk pembayaran yang dinamakan “upah”. Hal ini penting untuk membedakan dengan istilah “gaji”. Gaji merupakan pembayaran kepada tenaga kerja atau karyawan yang didasarkan pada rentang waktu seperti gaji mingguan, bulanan dan lain sebagainya. Upah dibebankan melalui rekening biaya tenaga kerja langsung, sedangkan gaji dibebankan melalui rekening biaya overbead pabrik.
Akuntansi biaya tenaga kerja dimulai dengan pembayaran upah, diteruskan pada distribusi upah tersebut pada “Job”, produk atau pusat biaya (departemen produksi). Di dalam upah tersebut sudah termasuk pengurangan atau potongan terhadapnya seperti pajak penghasilan, iuran ASTEK dan lain-lain. Demikian pula tambahan-tambahan terhadap upah seperti lembur, tunjangan dan lain sebagainya.



BAB II
PEMBAHASAN
A. konsep dan elemen biaya tenaga kerja
konsep biaya tenaga kerja
Pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja perusahaan pada dasarnya dikelompokkan dalam pengeluaran Gaji dan Upah. Istilah Gaji umumnya digunakan untuk menyebutkan kompensasi yang dibayarkan secara regular dalam jumlah relative tetap, dan biasanya dibayarkan kepada tenaga kerja yang memberikan jasa manajerial dan klerikal kepada perusahaan. Sedangkan istilah Upah digunakan untuk kompensasi yang dibayarkan berdasarkan jam kerja, hari kerja, atau berdasarkan unit produk atau jasa tertentu. Meskipun demikian, kedua istilah tersebut sering dugunakan untuk maksud yang sama.
Istilah biaya tenaga kerja digunakan untuk pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja yang bekerja dalam fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi umum. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi lebih lanjut diklasifikasikan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani proses proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai, sedangkan biaya tenega kerja tidak langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang tidak secara langsung menangani pengolahan bahan. Biaya tenaga kerja tidak langsung seperti halnya biaya bahan pembantu, dikelompokkan sebagai komponen biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku langsung dan tidak langsung. Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan akhir biaya.


Elemen biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja merupakan jumlah seluruh pembayaran kepada tenaga kerja produksi, antara lain meliputi upah regular, upah lembur, intensif/bonus dan tunjangan-tunjangan. Di samping itu, pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja tertentu dipotong dengan pajak penghasilan karyawan, premi asuransi dan iuran tabungan hari tua.
 Upah Reguler
Upah regular yang biasa diterima tenaga kerja dihitung berdasarkan waktu jam kerja atau unit produksi dikalikan dengan tariff upah yang telah ditentukan. Waktu jam kerja umumnya ditentukan dalam jam kerja / mesin atau hari kerja.
 Upah Lembur
Upah lembur diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja diluar jam kerja yang telah ditetapkan. Alas an kerja lembur tersebut umumnya adalah untuk mengejar target suatu pekerjaan. Perintah kerja lembur umumnya diberikan oleh pejabat yang berwenang, dan biasanya tariff lembur ditetapkan lebih besar dari tariff jam kerja biasa.
 Insentif atau Bonus
Insentif atau bonus diberikan kepada tenaga kerja yang telah bekerja pada tingkat produktivitas yang lebih tinggi dari yang ditargetkan. Di samping itu pembayaran gaji dan upah kepada tenaga kerja dapat pula berupa tunjangan kesejahteraan sosial tenaga kerja, antara lain tunjangan isteri-anak, tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi kematian, dan tabungan hari tua. Gaji dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja meliputi penjumlahan dari gaji / upah, insentif, dan tunjangan dikurangi dengan potongan-potongan. Potongan gaji dan upah umumnya antara lain berupa pajak penghasilan karyawan, premi asuransi yang ditanggung tenaga kerja, iuran pensiun dan angsuran pinjaman karyawan.
B. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja
Jumlah gaji dan upah yang telah dihitung oleh petugas pembuat daftar gaji dan upah tersebut kemudian dialokasikan/dibebankan ke masing-masing jenis biaya, dengan mendebit masing-masing biaya dan mengkredit gaji dan upah dengan jurnal, seperti berikut.


BDP-by.tenaga kerja langsung Rp xxx
By. Overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
By. Pemasaran Rp xxx
Gaji dan Upah Rp xxx
Catatan :
1. Rekening BDP-by.tenaga kerja langsung (debit) untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja yang langsung mengerjakan proses produksi.
2. Rekening BOP sesungguhnya untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja yang tidak langsung menangani proses produksi, tetapi menangani penyelesaian proses produksi.
3. Rekening biaya pemasaran untuk mencatat alokasi/pembebanan gaji dan upah tenaga kerja di bidang pemasaran/distribusi hasil produksi.
4. Rekening biaya umum dan administrasi untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja/pegawai di bagian kantor (administrasi dan umum).
Rekapitulasi daftar gaji.
Gaji dan Upah Gaji Kotor (Rp) Potongan Jumlah Potongan Gaji/upah bersih (Rp)
PPH Psl 21 astek Pinjaman
1.Bg.produksi langsung
Tak langsung 3.080.000

3.700.000 308.000

370.000 154.000

185.000 100.000

75.000 562.000

630.000 2.518.000

3.070.000
2.Bg.pemasaran 6.480.000 648.000 324.000 400.000 1.372.000 5.108.000
3.Bg.Adm&umum 3.600.000 360.000 180.000 300.000 840.000 2.760.000
Jumlah 16.860.000 1.686.000 843.000 875.000 3.404.000 13.456.000

Berdasarkan data di atas, maka jurnal yang diperlukan untuk pencatatan biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut.


a. Jurnal saat mencatat gaji dan upah dari daftar gaji bulan Januari
Gaji dan upah Rp 16.860.000
Utang PPh karyawan Rp 1.686.000
Utang asuransi tenaga kerja Rp 843.000
Piutang karyawan Rp 875.000
Utang gaji dan upah Rp xxxx
C. Pengertian dan Penggolongan Biaya tenaga Kerja
Pengertian Biaya Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja pada pembahasan berikut diartikan sebagai tenaga kerja manusia yaitu usaha fisik atau mental yang dikeluarkan oleh para karyawan/pegawai untuk kegiatan produksi, sedangkan biaya tenaga kerja adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang dapat dinilai engan satuan uang atas pengorbanan yang diberikannya untuk kegiatan produksi.
Balas jasa dari perusahaan kepada tenaga kerja sering disebut dengan gaji atau upah. Gaji merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai tetap atau pegawai kantor sedangkan upah merupakan balas jasa yang diberikan kepada para pekerja tidak tetap berdasarkan jasa kerja, hari kerja atau satuan jasa yang dihasilkan.
Penggolongan Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok berikut.
1. Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan.
Menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan penggolongan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga bagian.
a) Tenaga Kerja Bagian Produksi
Tenaga Kerja bagian produksi adalah tenaga kerja yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan produksi sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja bagian produksi akan dimasukkan dalam unsure harga pokok produksi sebagai biaya tenaga kerja langsung atau tidak langsung (gaji tenaga kerja/pegawai yang berhubungan dengan pabrik).

b) Tenaga Kerja Bagian Pemasaran
Tenaga kerja bagian pemasaran adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan distribusi/penjualan hasil produksi sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja pemasaran tidak termasuk dalam unsur produksi tetapi dimasukkan dalam unsur biaya penjualan.
c) Tenaga Kerja Bagian Umum dan Administrasi
Tenaga kerja bagian umum dan administrasi adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja atau pegawai bagian umum administrasi termasuk dalam unsur biaya umum dan administrasi (biasanya berupa gaji/upah pegawai bagian kantor).
2. Penggolongan tenaga Kerja Menurut Hubungan dengan Produk
Menurut hubungan dengan hasil produksi penggolongan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua bagian.
a) Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi/produk jadi dalam kegiatan produksi. Sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja langsung dimasukkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung (biaya produksi utama).
b) Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung mengenai pengolahan bahan tetapi membantu atas penyelesaian produk dalam perusahaan sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja tidak langsung dimasukkan ke dalam perkiraan biaya tenaga kerja tidak langsung (sebagai biaya produksi tidak langsung/BOP).
3. Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan/Kemampuannya.
Menurut pendidikan atau kemampuan yang dimiliki tenaga kerja dibedakan dapat dibedakan dalam tiga golongan.
a) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya karena adanya pendidikan secara formal, (biasanya sebagai tenaga ahli, manajer, dan lain-lain).
b) Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya karena adanya latihan/keterampilan yang diperoleh dari pendidikan nonformal(biasanya sebagai tenaga pelaksana.
c) Tenaga kerja tidak terdidik/tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus biasanya sebagai tenaga kerja kasar dengan diberi upah secara harian.
4. Penggolongan Biaya tenaga Kerja Menurut Kegiatan Departemen-departemen Dalam Perusahaan.
Menurut kegiatan suatu departemen tenaga kerja dapat digolongkan pada beberapa departemen sesuai dengan kegiatan yang ada pada perusahaan yang bersangkutan baik pada departemen produksi maupun departemen nonproduksi. Sehingga biaya tenaga kerja dapat dibedakan atas biaya tenaga departemen produksi dan tenaga departemen nonproduksi
a) Biaya Tenaga Departemen Produksi
1) Tenaga kerja departemen pengolahan
2) Tenaga kerja departemen penelitian
3) Tenaga kerja departemen penyempurnaan
b) Biaya Tenaga Departemen NonProduksi
1) Biaya tenaga kerja bagian personal (gaji karyawan kantor)
2) Biaya tenaga kerja bagian akuntansi (gaji manajer kantor)
3) Biaya tenaga kerja bagian kantor(gaji sekretaris)
5. Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya
a) Tenaga kerja bagian pabrik anatara lain meliputi :
1) Manajer pabrik,
2) Karyawan pabrik,
3) Tukang servis mesin,
4) Operator produksi,
5) Pengawas/mandor
b) Tenaga kerja bagian kantor antara lain meliputi :
1) Manajer personalia,
2) Karyawan kantor,
3) Sekretaris, dan Juru ik
c) Tenaga kerja bagian lapangan anatara lain :
1) Pemasaran,
2) Periklanan,
3) Penagihan.
D. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi biaya tenaga kerja pada dasarnya dikelompokkan pada tiga hal, yaitu pencatatan dan perhitungan waktu kerja, perhitungan jumlah biaya tenaga kerja, dan pembebanan biaya tenaga kerja.
1. Pencatatan dan Perhitungan Waktu Kerja
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam akuntansi tenaga kerja adalah mencatat waktu kerja. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh bagian personalia dengan dibuatkan kartu jam hadir bulanan atau dapat pula didasarkan pada satuan produk yang dihasilkan pekerja yang bersangkutan.
Di bawah ini diberikan contoh kartu jam kerja/catatan waktu bagi seorang karyawan.

KARTU JAM KERJA
Nama Tenaga Kerja : Unit Kerja :
Periode :
Hari/ Jam Jam Jam Jumlah Jam Jam
Tanggal Masuk Istirahat Pulang Jam Reguler Lembur
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Jumlah

Pencatatan dan perhitungan waktu/jam kerja di atas dikirim ke bagian pembuatan daftar gaji sebagai dasar untuk penyusunan daftar gaji dan upah.

2. Perhitungan Jumlah Biaya Tenaga Kerja
Dari pencatatan dan perhitungan waktu kerja dapat dipakai sebagai dasar untuk penyusunan daftar/gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, maupun tenaga kerja bagian pemasaran, umum, dan administrasi.
Di bawah ini diberikan contoh blangko daftar upah/gaji karyawan suatu perusahaan pada periode tertentu.
PT. MIRAH

Daftar gaji/upah bulan ………………………………………………………………..
No Nama Jumlah Upah Variabel Upah Gaji/ Potongan Jumlah Upah yang
Pekerja Jam Jam Reguler Jam Lembur Tetap Upah PPh Astek Pinjaman Potongan diterima
Kerja Jml. Jam Tarif Total Jml. Jam Tarif Total Kotor
1 A
2 B
3 C
4 D
Jumlah P Q R S T

Dari daftar/upah diatas secara umum dapat dibuat jurnal sebagai berikut.
a. Gaji/upah dari daftar gaji
Gaji dan upah Rp xxx (P)
Utang PPh Karyawan - Rp. xxx (Q)
Utang Asuransi - Rp. xxx (R)
Piutang Karyawan - Rp. xxx (S)
Utang gaji dan upah - Rp. xxx (T)
b. Pembayaran gaji dan upah
Utang gaji dan upah Rp. xxx (T)
Kas - Rp. xxx (T)
c. PPh karyawan dan asuransi tenaga kerja ke kantor kas Negara dan kantor asuransi.
Utang gaji dan upah Rp. xxx (Q) -
Utang astek Rp. xxx (R) -
Kas - Rp. xxx (Q + R)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja perusahaan pada dasarnya dikelompokkan dalam pengeluaran Gaji dan Upah. Istilah Gaji umumnya digunakan untuk menyebutkan kompensasi yang dibayarkan secara regular dalam jumlah relative tetap, dan biasanya dibayarkan kepada tenaga kerja yang memberikan jasa manajerial dan klerikal kepada perusahaan. Sedangkan istilah Upah digunakan untuk kompensasi yang dibayarkan berdasarkan jam kerja, hari kerja, atau berdasarkan unit produk atau jasa tertentu. Meskipun demikian, kedua istilah tersebut sering dugunakan untuk maksud yang sama.
Biaya tenaga kerja merupakan jumlah seluruh pembayaran kepada tenaga kerja produksi, antara lain meliputi upah regular, upah lembur, intensif/bonus dan tunjangan-tunjangan. Di samping itu, pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja tertentu dipotong dengan pajak penghasilan karyawan, premi asuransi dan iuran tabungan hari tua.
Jumlah gaji dan upah yang telah dihitung oleh petugas pembuat daftar gaji dan upah tersebut kemudian dialokasikan/dibebankan ke masing-masing jenis biaya, dengan mendebit masing-masing biaya dan mengkredit gaji dan upah dengan jurnal.
Pengertian tenaga kerja pada pembahasan berikut diartikan sebagai tenaga kerja manusia yaitu usaha fisik atau mental yang dikeluarkan oleh para karyawan/pegawai untuk kegiatan produksi, sedangkan biaya tenaga kerja adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang dapat dinilai engan satuan uang atas pengorbanan yang diberikannya untuk kegiatan produksi.
Akuntansi biaya tenaga kerja pada dasarnya dikelompokkan pada tiga hal, yaitu pencatatan dan perhitungan waktu kerja, perhitungan jumlah biaya tenaga kerja, dan pembebanan biaya tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Molyati, dkk, 2000, Akuntansi Biaya 1 SMK (kelompok Bisnis & Manajemen). Jakarta : Penertbit Yudistira.
Usry Carter, 2002, Akuntansi Biaya edisi 13, Salemba Empat, Jakarta.
Halim Abdul, 1996, Dasar-dasar Akuntansi Biaya edisi 4, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Jumat, 27 Mei 2011

AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

BAB I
PENDAHULUAN

Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang bersangkutan.

Pengertian bahan baku dapat meluas meliputi juga bahan-bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi. Bahan baku yang demikian termasuk dalam pengertian bahan baku penolong atau bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bila biaya bahan baku tersebut langsung dibebankan kepada kelompok biaya bahan baku dinamakan bahan baku langsung, sedangkan bila biaya bahan baku dimaksud dibebankan melalui rekening biaya overhead pabrik dinamakan biaya bahan baku tidak langsung.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku
Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan jenis industri dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut :
1. Untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute (routing) untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of materiala), yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan operasi tersebut.
2. Anggaran produksi menyediakan rencana utama, dari mana rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
5. Laporan penerimaan mengesahkan jumlah yang diterima, dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke departemen tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.
Pembelian dan pengguanaan bahan baku melibatkan catatan elektronik atau dalam bentuk kertas yang diperlukan untuk akuntansi keuangan umum; yaitu untuk menghitung biaya suatu pesanan, atau departemen, dan untuk memelihara persediaan perpetual. Beberapa dari catatan ini diidentifikasikan di gambar 9-1, yang merupakan diagram dari tahap pembelian yang meliputi pembelian, penerimaan, pencatatan, dan pembayaran atas bahan baku.


B. Metode Perhitungan Biaya Bahan Baku yang digunakan
Ada beberapa metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan, antara lain:
• Metode Identifikasi Khusus
Metode ini adalah metode yang paling tepat dalam penghitungan nilai persediaan akhir, namun metode ini paling banyak memakan waktu karena sesuai namanya diidentifikasi khusus maka setiap unit bahan baku harus diidentifikasi berapa harga pokok pembeliannya.
• Metode Rata-rata
Metode ini terbagi dua yaitu:
a. Rata-rata Sederhana: dalam rata-rata sederhana harga dihitung sebagai berikut
Harga-harga pembelian per unit = Rp xxxx
Frekuensi pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x =Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx

b. Rata-rata Tertimbang: dalam rata-rata tertimbang harga dihitung sebagai berikut :
Total harga pembelian = Rp xxx
Total unit pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x = Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
• Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Pada metode ini, bahan baku yang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap yang lebih dulu dipakai sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah pembelian-pembelian yang terakhir.
• Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
Menurut metode ini, bahan baku yang terakhir masuk (dibeli) dianggap lebih dulu terpakai. Sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah persediaan awal dan pembelian-pembelian selanjutnya.

C. Akuntansi Biaya Bahan Baku
Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan pembelian, (2) pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3 dokumen pembelian bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian, (2) Surat Pesanan Pembelian, dan (3) Laporan Penerimaan Barang. Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan dicatat. Pencatatan persediaan bahan dapat menggunakan metode fisik maupun metode perpetual. Metode perpetual lebih baik untuk tujuan pengendalian dan lebih informatif dari pada metode phisik. Oleh karena itu, perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan metode perpetual.
Pembelian Bahan Baku
Akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku adalah sama dengan akuntansi untuk bahan baku menggunakan sistem persediaan perpetual. Saat bahan baku diterima, akun bahan baku didebit (sedangkan pada sistem persediaan periodik, yang didebit adalah akun pembellian).
Kuantitas dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Kartu-kartu tersebut berfungsi sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku. Kartu-kartu ini dan dokumen-dokumen lain dapat berbentuk kertas atau elektronik.
Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan ke pabrik berdasarkan bukti permintaan bahan baku (materials requsitions), yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh pembuat jadwal produksi atau personel lain, yang memberikan spesifikasi nomor pesanan dan tipe serta jumlah bahan baku yang diperlukan. Satu kopi dari setipa bukti permintaan dikirimkan ke bagian gudang, yang mengumpulkan item yang dimaksud. Kuantitas dan biaya dari setiap item dicatat dalam bukti permintaan dan diposting ke kartu catatan bahan baku. Bukti permintaan bahan baku juga digunakan untuk mengeluarkan bahan baku tidak langsung maupun perlengkapan. Jika tidak digunakan di pabrik, perlengkapan yang dipakai dibebankan ke beban pemasaran atau administrasi. Jika digunakan di pabrik, maka dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik.

D. Metode Penilaian atas Bahan Baku
Dalam keadaan harga-harga tidak stabil, alokasi atau pembebanan harga pokok bahan baku yang digunakan untuk produksi dan penentuan nilai persediaan akhir bahan baku dapat dihitung dengan beberapa cara. Ada dua sistem yang mencakup beberapa teknik penilaian atas biaya bahan baku yakni sistem periodik (sistem fisik) dan sistem perpetual (sistem permanen).
1. Sistem Fisik
Dalam sistem ini pembelian bahan baku dicatat di rekening “pembelian bahan baku”. Jika terdapat persediaan awal bahan baku maka persediaan awal tersebut dicatat di rekening terpisah yakni rekening “persediaan bahan baku awal”. Pembelian ditambah dengan persediaan awal menghasilkan bahan baku yang siap digunakan. Untuk dapat menentukan nilai persediaan akhir maka harus diperhitungan fisik terhadap persediaan bahan baku yang masih ada pada akhir periode. Harga pokok bahan baku yang digunakan dihitung dengan mengurangkan bahan baku yang siap digunakan dengan nilai persediaan akhir bahan baku.
Secara matematis perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Persediaan awal bahan baku = Rp xxx
Pembelian = Rp xxx +
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir bahan baku
(berdasar perhitungan fisik) = Rp xxx _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa dalam sistem ini harga pokok bahan baku yang digunakan tidak dapat langsung ditentukan sebelum persediaan akhir ditentukan nilainya. Persoalan selanjutnya adalah berapa nilai persediaan akhir bahan baku yang digunakan sebagai pengurang dari nilai bahan baku yang siap digunakan. Untuk itu dikenal beberapa cara atau metode dalam menentukan nilai persediaan akhir bahan baku, yaitu metode identifikasi khusus, metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP.
Pemilihan metode penilaian bahan baku ini adalah sangat penting, karena akan berhubungan langsung dengan harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok penjualan dan otomatis juga pada rugi laba. Bila suatu metode telah dipilih, hendaknya digunakan secara konsisten dan tidak diubah dari tahun ke tahun agar dapat menghasilkan perhitungan rugi laba yang baik setiap tahunnya. Oleh sebab itu metode yang dipilih harus dapat memperhitungkan kemungkinan pengaruhnya terhadap perhitungan rugi laba untuk suatu periode jangka panjang.

2. Sistem Perpetual (Sistem Permanen)
Pada sistem ini pembelian bahan baku dicatat dalam rekening “Persediaan bahan baku”. Bila terdapat persediaan awal maka persediaan awal tersebut termasuk pula pada rekening “persediaan bahan baku tersebut”. Pada saat pemakaian bahan baku rekening persediaan bahan baku di kredit dan rekening yang di debet adalah rekening “barang dalam proses”. Pada sistem ini harga pokok bahan yang digunakan untuk berproduksi ditentukan pada saat pemakaian bahan baku tersebut. Saldo dari rekening persediaan bahan baku menunjukkan harga pokok bahan baku yang siap digunakan. Jadi dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan maupun nilai persediaan langsung ditentukan pada saat pemakaian ataupun juga saat pembelian. Selain itu pada sistem ini dikelola apa yang disebut dengan “kartu persediaan bahan baku”. Pada kartu ini akan dicatat harga pokok pembelian dan harga pokok pemakaian serta saldo persediaan bahan baku yang dimiliki.
Metode yang digunakan dalam sistem ini adalah metode MPKP, metode rata-rata bergerak, dan metode MTKP. Berikut contoh kartu persediaan :
KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya
Satuan : Nama Bahan : Minimum :
EOQ : Kode : Maksimum :
Nomor : Pesan :
Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa
Kuanti
tas biaya
satuan Jumlah (Rp) Kuan
titas Biaya
Satuan Jumlah (Rp) Kuantitas Biaya
satuan Jumlah (Rp)
1 jan 99 200 100 20.000
12 jan 99 400 120 48.000 200
400 100
120 20.000
48.000
16 jan 99 400
100 120
100 48.000
10.000
100
100
10.000
26 Jan 99 500 90 45.000 100
500 100
90 10.000
45.000
28 jan 99 300 90 27.000 100
200 100
90 10.000
18.000
29 jan 99 (100 90 9.000) 100
100 100
90 10.000
9.000
30 Jam 99 (50 90 4.500) 100
150 100
90 10.000
13.500
31 Jan 99 100 110 11.000 100
150
100 100
90
110 10.000
13.500
11.000



E. Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Karakteristik dari biaya yang saling berlawanan ini diilustrasikan di perbandingan berikut ini :
Biaya penyimpanan persediaan Estimasi Biaya karena tidak cukupnya persediaan
Bunga atas investasi dalam modal kerja
Pajak dan asuransi properti

Pergudangan atau penyimpanan


Penanganan


Deteriorasi dan penyusutan persediaan
Usangnya persediaan

Total 10,00%

1,25%

1,80%



4,25%


2,60%

5,20%

25,10%
Tambahan biaya pembelian, penanganan, & transportasi
Harga yang lebih tinggi karena jumlah pesanan yang lebih sedikit
Kehabisan persediaan sering kali terjadi sehingga mengganggu jadwal produksi, jadwal lembur,dan waktu persiapan ekstra
Tambahan biaya klerikal karena memelihara catatan pesanan pelanggan yang belum dapat dipenuhi (customer back order)
Peningkatan harga berkaitan dengan inflasi ketika pesanan pembelian ditunda
Penjualan yang hilang dan hilangnya kepercayaan pelanggan

Pengendalian bahan baku dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, dan bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut dimulai dari persetujuan anggaran penjualan dan produksi dan dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang atau pelanggan. Ada 2 tingkat pengendalian persediaan: pengendalian unit dan pengendalian uang. Manajer pembelian dan manajer produksi paling berkepentingan pada pengendalian unit; mereka berpikir, pesanan, dan permintaan dalam jumlah unit dan bukannya dalam nilai uang. Manajemen eksekutif paling berkepentingan pada pengendalian finansial dari persediaan. Eksekutif berpikir mengenai pembelian yang mencukupi atas modal yang digunakan, yaitu nilai uang dan diinvestasikan dalam persediaan harus digunakan secara efisien dan efektif. Pengendalian persediaan akan beroperasi dengan berhasi apabila peningkatan atau penurunan dalam persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan atau diperkirakan sebelumnya, di mana pola tersebut berkaitan erat dengan jadwal penjualan dan produksi.
Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu: (1) menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien dan (2) menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial. Tujuan dasar dari pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat. Pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya:
1. menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukakan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu
2. menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan kecil (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga.
3. menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan karena penanganan
4. meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan, atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku
5. memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan
6. menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen
Metode Pengendalian Bahan Baku
Metode pengendalian bahan baku berbeda dalam hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan. Item-item yang kritis dan memiliki nilai tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan item-item yang nilainya rendah. Misalnya, untuk item-item dengan nilai rendah, persediaan pengaman dan pesanan dalam jumlah besar sehingga mencukupi untuk 3-6 bulan adalah umum, karena biaya penyimpanan biasanya rendah dan risiko keusangan dapat diabaikan. Beberapa metode pengendalian bahan baku:
Metode siklus pesanan (order cycling method) atau metode peninjauan siklus (cycle review method) memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Perusahaan-perusahaan yang berbeda menggunakan periode waktu yang berbeda (misalnya 30, 60, atau 90 hari) antar peninjauan dan dapat menggunakan siklus yang berbeda untuk jenis bahan baku yang berbeda. Item kritis dengan nilai tinggi biasanya memerlukan siklus peninjauan yang pendek. Untuk item nonkritis dengan nilai rendah, siklus peninjauan yang lebih lama umum digunakan, karena jumlah pesanan besar dan kehabisan persediaan atas item tersebut tidak terlalu mahal biayanya. Peda setiap periode peninjauan dalam sistem siklus pesanan, pesanan dilakukan agar jumlah persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu.
Metode minimum-maksumum (min-max method) didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertantu. Maksimum jumlah untuk setiap item ditetapka. Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali tingkat minimum menjadi titik pemesanan, dan jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat maksimum dengan tingkat minimum. Metode ini dapat didasarkan pada obsevasi fisik, atau dapat dimasukkan ke dalam sistem akuntansi.
Observasi fisik bahwa titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan oleh metode dua tempat (two-bin method). Dalam metode ini, setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat, tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk memenuhi penggunaan yang terjadi selama periode waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan penempatan pesanan berikutnya; tempat yang kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengantaran plus persediaan pengaman. Apabila persediaan di tempat kedua mulai digunakan, maka bukti permintaan pembelian untuk pasokan baru dibuat. Metode minimum-maksimum juga dapat diterapkan melalui sistem akuntansi. Ketika catatan bahan baku menunjukkan bahwa saldo persediaan yang tersedia sudah turun sampai mencapai titik pemesanan, catatan tersebut memulai proses pembelian. Hal ini bekerja dengan baik dalam sistem pemrosesan data elektronik.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode pengendalian bahan baku yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika persediaan mencapai jumlah tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika digunakan komputer untuk mengadministrasikan persediaan bahan baku
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan.
Pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut: daftar bahan baku yang diperlukan, Anggaran produksi, Bukti permintaan pembelian, Pesanan pembelian, Laporan penerimaan, Bukti permintaan bahan baku, dan Kartu catatan bahan baku. Metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan yakni metode identifikasi khusus, metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP. Adapun metode penilaian atas biaya bahan baku yaitu metode fisik dan metode perpetual.
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Ada beberapa metode pengendalian bahan baku, yaitu Metode siklus pesanan (order cycling method), Metode minimum-maksumum (min-max method), Metode dua tempat (two-bin method), Metode pemesanan otomatis (the automatic order system), Metode ABC (the ABC plan).



DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 1996. Dasar-dasar Akuntansi Biaya Edisi 4. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Carter, William K. dan Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.
Ronowati. 2009. “ Penentuan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja” (Online) http://downloads.ziddu.com/downloadfile/6371424/AkuntansiBiaya.doc.html. (diakses 10 Oktober 2009)
Somantri, Hendi. 2000. Akuntansi Keuangan SMK Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi. Bandung: CV. ARMICO.

KONSEP DAN KLASIFIKASI BIAYA

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karuni-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Konsep dan Klasifikasi Biaya menurut Akuntansi Biaya.
Penulisan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin. Namun, apabila didalam makalah ini terdapat kesalahan ataupun kekurangan dalam penyusunan baik susunan kata ataupun penulisan huruf, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak, karena tak ada manusia yang sempurna.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak dan berbagai pihak yang telah mendukung kami.
Waalaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh.


Makassar, 06 Oktober 2009

Kelompok 3














DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Konsep-konsep Biaya 4
B. Klasifikasi Biaya 5
C. Siklus Biaya Pada Perusahaan Manufaktur 8
D. Metode pengumpulan harga pokok 10
1. Harga Pokok Pesanan 10
2. Harga Pokok Proses 11
BAB III PENUTUP 12
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13


















I. PENDAHULUAN
Dalam decade terakhir, globalisasi bisnis, meningkatnya persaingan, dan teknologi manufaktur baru, memaksa banyak perusahaan untuk mengevaluasi kembali praktik-praktik bisnis mereka. Evaluasi kembali ini membawa pada perubahan-perubahan dalam filosofi manajemen dan sistem bisnis, yang kemudian mengharuskan para akuntan untuk mengevaluasi kembali kegunaan informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi kepada manajemen. Sistem akuntansi diciptakan terutama untuk menyediakan informasi untuk pelaporan eksternal, atau diciptakan pada saat teknologi dan sistem manufaktur sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja manusia, dan saat ini tidak lagi mencukupi. Informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yang sudah usang terkadang tidak berguna dan dapat menyesatkan.
Untuk menyediakan informasi yang diperlukan oleh manajemen, akuntan mulai mendesain kembali sistem akuntansi. Berbagai jenis data yang berbeda dibutuhkan untuk berbagai pengambilan keputusan yang berbeda, dan berbagai sistem bisnis yang berbeda membutuhkan berbagai jenis sistem akuntansi yang berbeda untuk menyediakan datanya. Dengan berubahnya sistem bisnis, sistem akuntansi dievaluasi kembali, dan dalam beberapa kasus, diubah. Mengakui adanya hubungan tersebut akan membawa pada pengembangan dan implementasi sistem-sistem pengukuran baru, seperti quality costing, activity based costing, backflush costing, dan juga untuk meningkatkan pelaporan atas ukuran-ukuran kinerja non-finansial.













II. PEMBAHASAN
A. Konsep-Konsep Biaya
Konsep biaya telah berkembang sesuai kebutuhan akuntan, ekonom, dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai “nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan pada saat akuisisi oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”
Sering kali istilah biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi, beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang dan jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba, atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban diukur dengan nilai penurunan dalam aktiva atau peningkatan dalam utang yang berkaitan dengan produksi atau penyerahan barang dan jasa. Beban dalam arti luas termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari pendapatan..
Untuk membedakan antara biaya dan beban, bayangkan pembelian bahan baku secara tunai. Karena aktiva bersih tidak terpengaruh, tidak ada beban yang diakui. Sumber daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, tetapi belum menjadi beban. Ketika perusahaan kemudian menjual bahan baku tersebut yang sudah diolah menjadi barang jadi, biaya dari bahan baku dibukukan sebagai beban di laporan laba rugi. Setiap beban adalah biaya, tetapi tidak setiap biaya adalah beban; contohnya saja, aktiva adalah biaya, tetapi bukan (belum menjadi) beban.
Istilah biaya menjadi lebih spesifik bila deskripsinya dimodifikasi menjadi biaya langsung, biaya utama (prime cost), biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variable, biaya terkendali (controllable cost), biaya produk, biaya periode, biaya bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), atau biaya tunai (out of pocket). Setiap modifikasi mengimplikasikan atribut-atribut tertentu yang penting dalam pengukuran biaya. Setiap biaya tersebut dicatat dan diakumulasikan saat manajemen membebankan biaya ke persediaan, menyiapkan laporan keuangan, merencanakan dan mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan strategis, memilih diantara alternative, memotivasi karyawan, dan mengevaluasi kinerja. Akuntan yang terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan harus bekerja dengan biaya masa depan, biaya penggantian (replacement costs), biaya diferensial (differential costs), dan biaya oportunitas (opportunity costs), di mana tidak satupun dari biaya-biaya tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan eksternal.

B. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :
1. Produk ( satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa )
2. Volume Produksi
3. Departemen, proses, pusat biaya (cost centre), atau subdivisi lain dari manufaktur
4. Periode akuntansi
5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi

Biaya dalam Hubungannya dengan Produk
Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimuali dengan menghubungkan biaya ketahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkuingan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen ; biaya manufaktur dan biaya komersial. Gambar 2–1 mengilustrasikan pembagian total biaya operasi dan mengindentifikasikan beberapa elemen yang termasuk dalam setiap devisi.

 Biaya Manufaktur
Biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
 Bahan baku langsung
Semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimaksukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
 Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.
 Overhead pabrik
Di sebut juga overhead Manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik. Terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelesuri secara langsung ke output tertentu.
 Bahan baku tidak lansung
Bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.
 Tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja yang tidak dapat ditelesuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji pengawas, pegawai pabrik, pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan, dan biasanya pekerja bagian gudang.
 Beban Kormesial
Terdiri atas dua klasifikasi besar : beban pemasaran dan beban administrasi (juga disebut beban umum dan administratif). Beban Pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, Beban Administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya berubah secara proposional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya tetap relatif konstan dalam jumlah. Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan oleh manajemen ingin sukses dalam merencanakan dan mengendalikan biaya.
 Biaya Variabel
Jumlah total biaya variable berubah sevara proposional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Dengan kata lain, biaya variable menunjukkan jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
 Biaya Tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Denagn kata lain, biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
 Biaya Semivariabel
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variable; jenis biaya ini disebut biaya semivariabel. Misalnya, biaya listrik biasanya adalah biaya semivariabel.

Biaya dalam Hubungan dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama, pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja,pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya.

 Departemen Produksi dan departemen Jasa
- Departemen Produksi, operasi secara manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk.
- Departemen Jasa, jasa diberikan untuk keuangan departemen lain. Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa yang lain.
 Biaya Bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost) adalah jenis biaya tidak langsung.
- Biaya bersama (Common Cost) biasanya ada di organisasi dengan banyak departemen atau segmen.
- Biaya Gabungan (Joint Cost) terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk lain tanpa dapat dihindari.

Biaya dalam Hubungan dengan Periode akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aktiva akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya.
Membedakan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan adalah penting untuk membandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukur laba periodik. Tetapi pembedaan yang akurat antara kedua klasifikasi tidak selamanya memungkinkan.



Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan-tindakan atau alternative-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Pertimbangan atas item-item yang tidak relevan merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari item-item relevan; yang lebih penting, faktoryang tidak relevan bias saja disalahartikan sebagai faktor yang relevan.
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternatif. Biaya diferensial sering kali disebut biaya marginal atau biaya inkremental. Jika biaya dideferensial hanya terjadi apabila alternatif tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternatif itu. Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternatif tertentu diambil di sebut biaya oportunitas dari alternative tersebut.

C. Siklus Biaya pada Perusahaan Manufaktur
Akuntansi biaya tidak menambahkan langkah baru terhadap siklus akuntansi yang sudah dikenal, maupun membuang prinsip-prinsip yang dipelajari dalam akuntansi keuangan. Akuntansi biaya berkaitan dengan pencatatan dan pengukuran elemen biaya saat sumber daya yang berhubungan mengalir melalui proses produksi. Aliran biaya paralel dengan aliran sumber daya dan diilustrasikan di Gambar 4-1. Semua biaya manufaktur, tanpa memperdulikan perilaku biaya tetap maupun variable, mengalir melalui perkiraan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Hal ini merefleksikan asumsi penyerapan biaya penuh (full absorption cost).



Proses manufaktur, pengaturan fisik dari pabrik, dan kebutuhan pengambilan keputusan oleh manajer menjadi dasar bagi penentuan bagaimana biaya akan diakumulasikan. Biasanya, akun buku besar umum untuk biaya manufaktur adalah bahan baku, bebena gaji, pengendali overhead, barang dalam proses, barang jadi, dan harga pokok penjualan. Akun-akun tersebut digunakan untuk mengatur dan mengukur aliran biaya, dari perolehan bahan baku, melalui operasi pabrik, sampai ke harga pokok penjualan. Akun-akun biaya adalah perluasan dari akun-akun buku besar dan behubungan dengan akun buku besar, sebagaiman ditunjukkan di Gambar 4-2.
Gambar 4-2 menunjukkan seluruh beban gaji dikreditkan kea kun utang yang disebut beban gaji yang masih harus dibayar; ini merupakan pendekatan yang disederhanakan yang akan digunakan di seluruh bab ini. Dalam praktiknya, ada beberapa kewajiban yang terlibat, seperti jumlah pajak pendapatan Negara dan federal yang harus dipotong oleh pemberi kerja dan disetorkan kepada badan pemerintah. Semua kewajiban seperti itu benar-benar dicatat, dan sisanya adalah jumlah yang harus dibayarkan ke karyawan. Akun kewajiban beban gaji yang masih harus dibayar sangat berbeda dengan perkiraan kliring temporer yang disebut beban gaji, yang berfungsi untuk memfasilitasi perhitungan beban gaji dan mendistribusikannya kea kun biaya pada tanggal yang berbeda.
Akuntansi biaya menggunakan secara ekstensif akun-akun pengendali dan akun-akun buku besar pembantu saat informasi terinci mengenai akun-akun biku besar dibutuhkan. Ratusan item bahan baku yang berbeda, misalnya, dapat dimasukkan dalam satu akun bahan baku dalam buku besar. Akun buku besar overhead pabrik mungkin terdiri atas tenaga kerja tidak langsung, perlengkapan, sewa, asuransi, pajak, perbaikan, dan banyak lagi biaya lain. Setiap akun buku besar yang demikian disebut akun pengendali, dan ditunjang dengan sejumlah akun buku besar pembantu.


D. Metode Pengumpulan Harga Pokok
Sistem biaya yang telah disebutkan sebelumnya dapat digunakan dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), dengan perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing), atau dengan metode akumulasi biaya lainnya. Perhitungan berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya berdasarkan proses akan dijelaskan di bawah ini.

 Harga Pokok Pesanan (job order cost)
Sistem Perhitungan biaya bedasarkan pesanan (job order costing)
Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), biaya diakumulasikan untuk setiap batch, lot, atau pesanan pelanngan. Apabila produk yang diproduksi dalam suatu departemen atau cost center bersifat heterogen. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) akan lebih praktis mengidentifikasikan secara fisik setiap pesanan yang diproduksi dan membebankan setiap pesanan dengan paling tidak beberapa elemen biayanya. Catatan terinci yang menunjukkan biaya untuk setiap pesanan merupakan perkiraan buku besar pembantu yang menunjang perkiraan buku besar umum barang dalam proses.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat diterapkan untuk pekerjaan berdasarkan pesanan di pabrik, bengkel, dan tempat reparasi; pekerjaan konstruksi dan percetakan, dan pekerjaan di bidang jasa seperti firma medis, hukum, arsitek, akuntansi, dan konsultasi.
Ketika suatu pesanan diproduksi sejumlah tertentu untuk persediaan, perhitungan biaya berdasarkan pesanan kemungkinan perhitungan biaya per unit. Ketika pesanan dikerjakan berdasarkan spesifikasi pelanggan, perhitungan biaya berdasarkan pesanan kemungkinan perhitungan laba atau rugi untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasikan saat pesanan melalui proses produksi, biaya ini dapat dibandingkan dengan estimasi yang dibuat pada ssaat pesanan diterima. Oleh karena itu, perhitungan biaya berdasarkan pesanan memberikan kesempatan untuk mengendalikan biaya dan untuk mengevaluasi profitabilitas dari suatu kontrak, suatu produk, atau suatu lini produk.

 Harga Pokok Proses (process cost)
Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses (process costing)
Perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) mengakumulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Departemen bias saja ada dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan atau perhitungan biaya berdasarkan proses, tetapi perbedaan penting bahwa departemen merupakan focus dari penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan proses, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, batch, atau lot merupakan fokusdari penelurusan biaya.
Apabila semua unit digunakan yang dikerjakan dalam suatu departemen atau area kerja lain bersifat homogen atau bila tidak ada kebutuhan untuk membedakan antar unit. Perhitungan biaya bedasarkan proses mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses untuk suatu periode waktu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk yang telah melewati proses selama peride tersebut, hasilnya adalah biaya perunit. Jika produk dari suatu proses menjadi bahan baku dari proses berikutnya, maka biaya per unit dihitung untuk setiap proses.
Dalam sistem biaya actual (historis) yang menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses, adanya persediaan yang separuh selesai pada akhir suatu periode akuntansi menyebabkan timbulnya masalah akuntansi kedua: perlakuan biaya dari persediaan tersebut di periode akuntansi berikutnya. Solusinya adalah untuk memilih suatu asumsi aliran biaya seperti yang digunakan dalam akuntansi untuk persediaan nonmanufaktur. Dalam praktiknya, asumsi aliran biaya yang paling umum untuk perhitungan biaya berdasarkan proses adalah metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average method), yang merata-ratakan atau mencampur biaya dari persediaan awal yang belum selesai penuh dengan semua biaya yang terjadi selama periode sekarang.

KESIMPULAN
Akuntansi biaya pernah dianggap hanya berlaku dalam perusahaan manufaktur. Tetapi sekarang, setiap jenis dan ukuran organisasi memperoleh manfaat dari penggunaan akuntansi biaya. Misalnya, akuntansi biaya digunakan oleh institusi keuangan, perusahaan transportasi, firma jasa professional, rumah sakit, gereja, sekolah, perguruan tinggi, universitas, dan badan pemerintah serta aktivitas pemasaran dan administrative dalam perusahaan manufaktur.
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :
1. Produk ( satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa )
2. Volume Produksi
3. Departemen, proses, pusat biaya (cost centre), atau subdivisi lain dari manufaktur
4. Periode akuntansi
5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi
Salah satu peran fundamental dari system biaya manapun adalah akumulasi biaya, yang terdiri atas identifikasi, pengukuran dan pencatatan informasi biaya dalam kategori-kategori atau klasifikasi yang relevan. Ada berbagai jenis metode akumulasi biaya yang digunakan dalam praktik, dan akan memperkenalkan dan membandingkan metode-metode yang paling umum. Sebelum metode akumulasi biaya dan berbagai system biaya disajikan, pola logis dari aliran biaya di dalam sistem akuntansi akan dijelaskan.
Akumulasi biaya secara umum, mendeskripsikan secara singkat metode perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan metode perhitungan biaya berdasarkan proses, dan memberikan contoh usaha yang menggunakan masing-masing metode tersebut. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan secara rinci.






DAFTAR PUSTAKA
Usry Carter, 2002, Akuntansi Biaya edisi 13, Salemba Empat, Jakarta.
Halim Abdul, 1996, Dasar-dasar Akuntansi Biaya edisi 4, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

CEWEK YANG GAYA PACARANNYA "TERLALU BERLEBIHAN" LEBIH MURAH DARI PADA PELACUR

sadarkah klian para wanita,
bahwasanya wanita yg berpacaran dengan gaya berlebihan dalam arti FREE SEX lebih murah dibanding seorang pelacur...
knp demikian???
karena seorang pelacur untuk booking semalam bisa dibayar dengan bayaran yang lumayan lah...
sedangkan, wanita yg melakukan SEX dengan pacarnya untuk menunjukkan kesetiaan yang hanya dibayar dengan kata-kata cinta oleh lelaki PB secara gratiss bisa mendapatkan keinginan sexnya...
yang kalau hal itu diberikan oleh pelacur pasti perlu mengeluarkan biaya dalam arti uang...
jadi, jelaskan kalau pelacur lebih mahal daripada wanita yang rela mengorbankan ke-virgin-annya hanya untuk lelaki yang belum tentu setia atau belum tentu menjadi suaminya kelak...

so,para wanita jangan terlalu mudah percaya dengan lelaki apalagi sampai memberikan sesuatu yang sangat sangat sangat berharga bagi seorang wanita yaitu VIRGIn..
jagalah hal yang berharga itu untuk seorang pria yang kelak menjadi suamimu, pemimpin, dan imam untuk kehidupan di dunia dan di akhirat...
saya bukanlah wanita yang sempurna, tapi saya akan sangat menjaga hal yang paling berharga bagi seorang wanita untuk kuberikan khusus hanya suamiku kelak....semoga saya bisa menjaganya...dan memberikannya kepada pria yang menjadi suamiku kelak yang telah mendapatkan surat izin yang sah dari ALLAH dan Orang tuaku....amin.